Followers

Wednesday, February 22, 2012

Tanpa diduga aku sudah join satu syarikat di mana dalamnya aku memiliki 10% share. Syarikat ini mengkhususkan kepada penerbitan program TV tapi business lain pun kitorang buat as long halalan toyyiban...eh!

Anyway Nanamya Production still tetap exist dan dalam proses juga untuk upgrade itu dan ini.

Otak aku tepu ketika ini sebab buat 3,4 kerja dalam satu masa. Nasib baik deadline tak menjerut leher.

Dalam masa yang sama aku dan buddies sedang merancang untuk backpacking ke Thailand pada bulan 6. KL - Hatyaai - Bangkok - Ayutthaya. yeay! Thanks pada bloggers backpackers yang banyak membantu aku hasil pembacaan pada blog mereka! Korang best! Hopefully sangat takde aral melintang pukang pada end June ini untuk aku bermusafir bersama rakan-rakan...chewah!

Gud Nite Peeps! :D

Wednesday, February 15, 2012

Asas Teknikal Videografi


Salah satu elemen penting di dalam menghasilkan program majalah TV/dokumentari yang baik adalah teknik visual yang baik. Ini saya tempekkan, secara asas dipetik daripada http://www.fototeacher.com/videography.htm

ASAS TEKNIKAL VIDEOGRAFI

1 IRIS
Ketahui cara pengawalan iris yang betul dan kesannya kepada exposure, shutter speed dan depth-of-field.

2 SHUTTER
Belajar fungsi sebenar shutter dan pengaruhnya terhadap kecerahan, iris dan movement effect.

3 FOCUS
Ketahui bila dan bagaimana untuk menggunakan Auto Focus atau Manual Focus. Pelajari juga kaitan focus dengan depth- of-field yang juga berkaitan dengan focal length, aperture dan subject distance. Dalam pelajaran ini, anda akan menguasai kemahiran memfokus dengan cepat dan tepat.

4 WHITE BALANCE
Ketahui warna cahaya yang disukat dalam unit Kelvin untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan penyampaian visual anda. Ketahui juga tanggapan salah mengenai white balance. Anda akan ditunjukkan cara membuat kawalan white balance pada kamera anda.

5 LENS (FOCAL LENGTH)
Fahami mengenai focal length dan kesannya kepada angle of view, perspective, camera vibration dan depth-of-field. Ketahui cara untuk memaksimumkan fungsi zoom lens bagi menghasilkan video yang berkualiti

6 PENCAHAYAAN
Pelajari cara yang betul menggunakan lampu video. Juga pelajari mengenai color gel bagi mengimbangkan warna cahaya. Lain-lain topik yang berkaitan juga akan turut diajar seperti penggunaan bounce light, neutral density, diffuser dan sebagainya. Fahami mengapa pencahayaan yang baik banyak menyumbang kepada kualiti dan mood sesuatu video

7 AUDIO
Pelajari mengenai jenis microphone, kawalan audio dan teknik rakaman audio yang betul. Audio yang baik hampir sama penting dengan kualiti video yang anda rakam.

8 TRIPOD
Ketahui cara untuk mengoptimumkan penggunaan tripod dengan memahami Friction Adjustment, Head balancing dan sebagainya.

TEKNIK DAN SENI DALAM VIDEOGRAFI

9 FRAMING
Pelajari teknik framing yang asas dengan singkatan untuk komunikasi seperti - MCU, CU, BCU, LS, MLS, MS, Two Shot, Three Shot dan sebagainya. Ketahui asas framing dan composition yang lain seperti looking room, head room dan rule-of-third. Sesi praktikal akan diadakan dalam bahagian ini.

10 CAMERA MOVEMENT
Pelajari teknik, ketahui mengapa dan bila untuk melakukan panning, tilting, crabbing, tracking, elevating, zooming dan developing shot. Anda akan ditunjukkan teknik yang betul untuk melakukan teknik-teknik ini bagi mendapatkan hasil video yang lebih dinamik. Setiap peserta akan diberi bimbingan untuk menguasai setiap teknik dengan cara yang betul.

11 ANGLE
Pelajari cara untuk mendapatkan sudut yang betul dan menarik, samada eye level, low angle, high angle dan sebagainya. Ketahui kaitan camera angle dengan kesan kepada komunikasi visual.

12 TEKNIK LANJUTAN
Pelajari teknik-teknik video yang lain seperti - subject entering frame, defocus, movement speed, slanting, insert shot, jump shot, hand held, 5 second pause, in camera editing, variety shot for footages dan sebagainya.

Types of Documentaries

What makes a documentary?

-- Events must be unstaged, independent of cinema, non-fiction staged to film

-- Conventionally non-fiction; real world activities

-- Assumes an objective record of real events by filmmakers; camera influences film event; techniques of camera and choices made in filming, like film in the camera and lens choice. These are subjective choices.

All films have selection and editing. There is objectivity, but all events are seen from some perspective. How do these selections manipulate and shape the event? Objective events are viewed through some perspective.

"Manipulation" of events = "propaganda"

Documentaries are classified according to the techniques used in filming:

1. Raw footage

2. Expository

3. Observational

4. Interactive

5. Poetic - reflexive and performative


Iconistic and narrative films of fiction defines genre, but documentaries are categorized by the way they were shot.

1. Raw Footage

Footage that has been shot, but not edited in any way; the film that the film maker begins with


Ways to structure raw footage:



Narrative - telling a story



Arguementative - Michael Moore's "9/11" makes an arguement



Categorical - representing a category of reality; no arguement, no storytelling



2. Expository


Has a "voice of God" commentary, music, and a poetic perspective.

Has a didactic (teaching something) point of view.

Typical characteristics - authoritative commentary; voice is descriptive and informative; voice-over provides abstract information about pictures, or new information.

--Descriptive, Informative - some type of arguement


--Objectivity - images are visual evidence that illustrate, prove, or emotionally involve viewers

What's being presented is abstract. The film is a direct and transparent representation of the film.

The Centre:

--Belief in soundness of society

--Belief in state regulation

--No socialist or Marxists ideas

--Social middle class audience

--Governing elitist rhetoric--minority, not mass communication

Tonality - the tone the film addresses to you

Authoritative voice over

Didactic

Objectivity on terms of rhetoric

Emphasizes movement and rhythm

Abstract film may be inserted into the documentary -- quicker shots

Not merely descriptive



Modernist or Formalistic aesthetics

Exploit transformative nature of film for social purposes

Aesthetic over narrative

Film is inherently ambiguous



3. Observational Documentary/Direct Cinema



Characterized by non-intervention of film maker

No "voice of God" narrative

No interviews, no intervention

Direct slice of life events

Film maker is invisible

Audience observes the unfolding of events in real time; long takes

Direct sound, recorded at the time of filming



"High School," 1968, by Frederick Wiseman

Nothing dramatic or unusual

'Intimate relation' to film events

Sense of place

Attempts to persuade it's an intimate slice of life



Focus on context



A transparent, neutral, non-judgmental record

Represents the ideal of observational cinema.



Implicit agenda, not exactly spelled out, but you can tell it's there.



"High School" focuses on conflict, discipline, and an emphasis on close-ups.



Wiener film about Jews shot on site is raw footage. Wiseman doesn't intervene in event footage.



4. Interactive Documentary/Cinema Verite



Makes film maker's presence obvious

Draws filmed people and events in with film maker

Primarily interviews that express opinions and views; may be juxtoppsed for conflict emphasis; film maker will edit shots and scenes together.



--The film maker will appear on screen and ask questions; will share the same filmed space



--Film maker may remain off screen; may or may not be able to hear the interview questions being asked; film maker's presence is less evident



Shows the process by which it is made; power relationship



Ethical questions of filming someone

Use of archieval footage



Manner the interviewees are treated; ways the questions are posed,



"Roger and Me" by Michael Moore is about Flint, Michigan after the auto worker jobs were moved to Mexico in the 1980s. Moore was not able to interview Roger Smith. Moore's social message is shown in juxtopposition of elite and those being evicted, rich and poor interviews

Critical commentary of film; purpose manipulates and misinterprets events

Chronology of events was questioned because events outside time frame of 1980s was included



5. Poetic



Includes reflexive and performative styles



Experimental films



Open to interpretation



Editing

Source :

Industri Dokumentari Malaysia



Sejak akhir-akhir ini saya menerima beberapa tawaran daripada orang perseorangan dan tidak kurang juga untuk saya mengadakan bengkel mengajar mengenai pembikinan program majalah TV/dokumentari. Saya bukanlah terlalu bagus untuk mengajar, malah jauh lebih baik daripada pembikin program majalah TV dan dokumentari yang sedia ada. Cuma saya sekadar berkongsi apa yang patut untuk memahamkan sekaligus memberi 'cinta' kepada peminat program ini yang masih ada pengikutnya yang sangat dahagakan karya majalah TV/dokumentari tempatan. Niat saya hanya satu, mahu anda semua menyintai program majalah TV dan dokumentari. Mulai entry ini saya akan post artikel mengenai majalah TV/dokumentari yang saya petik/baca dari sumber-sumber tertentu diselang selikan dengan penulisan peribadi saya sendiri. Semoga ianya mendapat manfaat semua :).

Sejarah dokumentari ia telah bermula pada abad ke - 19 di negara barat. Dokumentari yang dibuat adalah berkaitan tentang kehidupan manusia dan penjajahan sesebuah negara yang menjurus kepada fakta, keadaan sekeliling, sejarah dan lain-lain. Terdapat segelintir negara sahaja dapat menerima dokumentari sebagai penyampaian maklumat seperti di USA, yang mana rakyatnya dapat menerima dokumentari sebagai penyampai maklumat. Penghujung abad ke - 19, filem cereka mula menjadi pilihan khalayak apabila ia lebih berimaginasi, kreatif dan mempunyai jalan cerita yang lebih menarik.

Di Malaysia dokumentari mula menyinar pada abad ke - 19 pada sekitar tahun 1920-an. Pihak pemerintah ketika itu pihak British melihat filem memberi manafaat kepada mereka sebagai alat propaganda. Mereka menggunakan filem untuk mengukuhkan kekuasaan dalam menyampaikan propaganda ketika mereka datang ke Malaya ketika itu. Pada tahun itu juga dokumentari di Malaysia menerima nasib yang sama seperti di negara barat apabila filem cereka mula mendapat tempat di hati khalayak. Dokumentari di Malaysia bermula dengan begitu perlahan sekali. Jika dirancang dengan betul dan dipupuk dengan teliti ia akan menjadi satu yang menarik untuk aktiviti negara dan ia boleh mempromosikan negara di mata dunia. Mungkin disebabkan kos yang tinggi untuk menerbitkan dokumentari berbanding permintaan yang rendah menyebabkan kelembapan kepada kebangkitan filem dokumentari.

Dokumentari memerlukan kajian yang mendalam dan mantap agar ia menjadi rujukan yang bermakna kepada penonton. Di samping itu juga pasaran yang terhad juga menjadi faktor kepada kelembapan kebangkitan filem dokumentari. Melalui kajian yang telah dilakukan menunjukan filem dokumentari mempunyai penontonnya yang tersendiri. Tetapi disebabkan kekurangan dokumentari tempatan ramai memilih menonton dokumentari yang dikeluarkan oleh National Geographic dan penonton juga merasakan dokumentari luar negara mempunyai idea, kreativiti dan visual yang menarik serta maklumat yang banyak

Dokumentari keluaran negara luar sentiasa mempunyai sokongan yang kuat dari kerajaan mereka sendiri. Peralatan dan penajaan kos yang tinggi dari kerajaan memberi kelebihan kepada dokumentari luar terus ke hadapan dalam penghasilan dokumentari yang lebih bermutu. Namun begitu, negara kita telah menunjukan perkembangannya apabila FINAS telah mula mengorak langkah dalam penghasilan dokumentari. Kita telah mula memberi perhatian terhadap pemasaran, peralatan dan penyelidikan.

Mungkin dalam tempoh 10 tahun ini Malaysia akan mampu untuk berdiri seiring dengan negara luar dalam penghasilan siri dokumentari. Peningkatan telah mula dilihat apabila dokumentari kita mula mendapat tempat dan memenangi beberapa anugerah di peringkat antarabangsa. Dalam usaha bersepadu daripada semua pihak termasuk persatuan dan syarikat penerbit, Malaysia mungkin mampu menyaingi dokumentari penerbit antarabangsa. Kesedaran tentang kepentingan dokumentari telah membuka ruang kepada penerbit-penerbit tempatan untuk menghasilkan dokumentari yang lebih bermutu .

Dokumentari di Malaysia bergerak dengan agak perlahan untuk bersaing di peringkat antarabangsa. Kekurangan dana, tenaga pengajar yang profesional dan promosi yang kurang menyebabkan dokumentari di Malaysia lambat berkembang. National Geographic merupakan contoh yang baik untuk dijadikan rujukan oleh penerbit-penerbit tempatan dalam menghasilkan dokumentari yang bermutu. Di peringkat pusat pengajian tinggi masalah kekurangan peralatan juga menjadi kekangan untuk karyawan muda berkarya dalam menerbitkan dokumentari yang bermutu.

Kita kaya dengan keunikan budaya yang boleh dipertontonkan kepada masyarakat antarabangsa, namun mengapa kita tidak menerokai keindahan itu dalam menghasilkan dokumentari yang bermutu? Kita perlu melakukan satu kajian yang teliti tentang apa yang ingin disampaikan bagi menjelajahi sesuatu cerita dan ini akan menarik minat masyarakat antarabangsa untuk menonton dokumentari kita. Berdasarkan kajian yang kami lakukan menunjukan penonton yang menonton dokumentari adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Dokumentari perlu mempunyai maklumat yang tepat di samping sedikit hiburan yang mempunyai jalan cerita yang boleh mengikat penonton untuk terus menontonnya. Dokumentari yang baik dapat menjana ekonomi negara di samping dapat menarik ramai karyawan luar negara untuk berkarya di negara kita dan penerbit-penerbit tempatan kita secara tidak langsung dapat belajar dan berkongsi pengalaman dengan mereka.

Di Malaysia kita mempunyai pengikut dan penonton yang meminati dokumentari tetapi dengan jumlah yang kecil berbanding dengan peminat filem cereka. Penerbit dan karyawan kita tidak berani untuk menghasilkan dokumentari kerana ia memerlukan kos yang tinggi dan pasaran di stesyen TV sangat terhad di samping bayaran bagi setiap dokumentari yang ditawarkan adalah sangat rendah. Semua faktor ini mempengaruhi dokumentari kita untuk terus maju dalam bersaing dengan dokumentari antarabangsa. Sekiranya kita dapat menembusi pasaran arus perdana, itu sesuatu yang sangat baik. Di samping promosi melalui saluran TV, kita mungkin boleh menayangkan dokumentari di terminal, lapangan terbang, bank dan perpustakaan bagi mempertontonkan dokumentari tempatan.

Namun begitu ia juga mempunyai kekangan yang amat terhad dalam penayangannya. FINAS di bawah Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan mungkin boleh bekerjasama dengan stesyen TV swasta bagi mewujudkan saluran khas untuk dokumentari tempatan. Di samping itu juga kita harus menyediakan kandungan yang mencukupi supaya tidak menghadapi masalah kekurangan pembekalan program dan ia merupakan satu idea yang baik dan memerlukan perancangan dan persiapan yang teliti. Ini mungkin membantu perkembangan dokumentari di Malaysia.

Dokumentari disampaikan melalui gabungan audio-visual dan maklumat. Ia berbeza dengan berita yang merupakan paparan maklumat ringkas dan padat. Manakala dokumentari pula melibatkan penyelidikan yang teliti dan mendalam serta kreativiti penyampaian sesuatu maklumat itu.Dokumentari juga dapat memberi gambaran yang sangat menarik dalam memperlihatkan jalan cerita melalui dokudrama yang dihasilkan dalam penyampaiannya. Di sini FINAS memainkan peranan yang penting dalam membantu perkembangan dokumentari di Malaysia dengan bekerjasama dan berdialog dengan pelbagai pihak termasuk stesyen TV bagi memberi ruang lebih luas kepada tayangan dokumentari.

Program talk show juga boleh diadakan bagi mendedahkan budaya menghargai dokumentari kepada masyarakat. Melalui Minggu Dokumentari juga boleh membantu menyemai minat penonton dan ini mungkin dapat membantu perkembangan dokumentari di Malaysia. Pendidikan dokumentari sepatutnya telah bermula di peringkat sekolah rendah dan ia boleh diaplikasikan melalui kaedah pengajaran yang mana dokumentari digunakan dalam menyampaikan maklumat kepada pelajar. Mereka mungkin boleh didedahkan dengan dokumentari yang berdurasi pendek dan ini akan membantu pelajar memahami sesuatu sejarah dengan lebih menarik dan tidak membosankan.

Berdasarkan kepada kajian yang kami lakukan, wakil National Geographic menyatakan bahawa selain isi kandungan yang tepat dan padat, khalayak hari ini lebih bijak apabila menitik beratkan cara penyampaian dan pendekatan. Sesuatu subjek yang akan di persembahkan perlu lebih dramatik atau berunsurkan dramatic entertainment dan mempunyai jalan cerita menarik untuk menambat minat penonton untuk terus menikmati tayangan dokumentari tersebut.

Pusat Pengajian Tinggi Awam kebanyakannya mempunyai fakulti yang berkaitan dengan media. Namun begitu kemudahan yang disediakan tidak mampu untuk menanggung keperluan pelajar dalam menerbitkan karya dokumentari mereka. Ruang untuk mereka terus berkarya selepas tamat pengajian juga amat terhad apabila produksi tempatan sendiri tidak berani untuk menerbitkan dokumentari yang memerlukan kos yang tinggi dalam pembikinannya.

Kebanyakan penerbit ini juga mengambil tenaga kerja secara kontrak dan ini akan menyekat karyawan muda untuk menunjukan kreativiti mereka. Syarikat produksi yang ada juga lebih cenderung dalam menerbitkan filem cereka. Jika pasaran untuk dokumentari sentiasa stabil, produksi yang mempunyai kepakaran dalam penerbitan dokumentari mampu untuk terus berkembang dan ia akan membuka pasaran kerja kepada tenaga kerja mahir yang dilahirkan oleh institusi pengajian tinggi. Di samping itu usaha untuk kukuhkan pasaran dokumentari di peringkat antarabangsa dapat dipertingkatkan.

Apa yang FINAS lakukan dalam membantu perkembangan dokumentari di negara kita sangat bagus dan efektif. Penawaran dana untuk menerbitkan dokumentari, penganjuran Festivel Filem Dokumentari dan jalinan kerjasama dengan produksi antarabangsa seperti National Geographic sedikit sebanyak telah membantu memartabatkan industri dokumentari negara. FINAS juga harus menitik beratkan tentang penambahbaikan tenaga mahir terutamanya tenaga muda yang lebih kreatif dan inovatif.

Latihan secara profesional juga dapat membantu produksi tempatan berkembang dan menghasilkan dokumentari yang lebih bermutu di samping membantu memajukan industri dokumentari negara. Buku Industri Dokumentari Di Malaysia yang merupakan terbitan FINAS dengan kerjasama UKM. Melalui kajian dan penyelidikan yang telah kami lakukan iaitu Dr. Asiah Sarji, selaku Ketua projek, Dr. Shamsubaridah dan saya sendiri, kami telah cuba mendalami mengenai pembangunan dokumentari yang menyentuh isu dasar, sistem dan pemasaran dokumentari melalui pelbagai metodologi seperti survey, temubual mendalam, analisis panel pakar dan analisis kandungan.

Hasilnya adalah memberangsangkan dan boleh menjadi pemangkin kepada pembangunan dokumentari tanah air. Kita perlu ada ransangan yang lebih positif dalam menarik minat khalayak dan perkara yang perlu diambil berat adalah melalui jalan ceritanya, skrip yang ditulis, sinematografi yang menarik dan kaedah inovatif dalam penyampaian maklumat dokumentari tersebut. Kita juga perlu belajar dan merujuk kepada dokumentari yang dihasilkan oleh National Geographic dan Discovery Channel dari Amerika Syarikat serta dokumentari dari negara lain yang mendapat pengiktirafan antarabangsa. Penyelidikan dan kajian yang teliti dan mendalam serta keterbukaan dalam mempraktikkan idea inovatif akan membantu penghasilan dokumentari yang bermutu dan bertaraf dunia.

Sumber Prof Madya Faridah Ibrahim
Buku Industri Dokumentari Di Malaysia

Wednesday, February 08, 2012

Antara Majalah TV/Dokumentari & Drama

Pada awal karier saya bukanlah orang dokumentari/majalah TV...malah saya kurang kenal dan tidak mengambil tahu sangat mengenai industri penting ini. Kecuali Majalah 3 dan Jejak Rasul yang sangat saya minati. Yang ada dalam kepala saya hanya drama, drama dan drama. Kerana dengan drama ia akan membuatkan saya berangan sehingga ke langit 7! hehe...Sehinggalah saya mula mencintai dan mula mengintai pelbagai program majalah TV. Baik islamiknya, traveloguenya dan dari situ sedikit demi sedikit minda saya terbuka dengan erti menonton sambil belajar. Saya dapat banyak pengajaran melalui program-program majalah TV ini khususnya yang berbentuk laporan dari sudut kewartawanan. Dan saya mula meneliti setiap sisi visual, dialog perantara dan kandungan. Dan saya sedar saya sudah mula jatuh cinta, walau bukan 100% pada ketika itulah.

Tawaran diarahkan menyiapkan proposal atau diminta proposal daripada pihak penerbit dan produksi ketika awal dahulu tidak ada langsung yang saya kenal dan meminta sila sediakan proposal program majalah TV...tidak ada. Yang ada hanya drama, drama dan drama. Kerana mungkin drama lebih menarik perhatian penonton mahu pun pihak produksi atau mungkin saya masih belum ada networking dalam produksi yang bergiat dalam bidang majalah TV. Lantas saya bertanya, bagaimana saya boleh kenal orang majalah TV?

Ianya berlegar-legar lantas terus ditelan kabus. Hilang....Sehinggalah telah tercatat di Loh Mahfudz akan takdir perjalanan hidup saya ini. Saya mula mempelajari banyak program majalah TV dengan menonton Madrasah Salasilah, Trek Global, C.A.M, Expose Mistik dan banyak lagi. Dari hari ke sehari perasaan mencintai program berbentuk majalah menjadi keutamaan saya. Ianya menjadi makanan ruji saya hampir saban waktu. Allah mentakdirkan saya mengenali insan berbakat besar dan menjadi mentor saya dalam bidang penerbitan majalah TV dan dokumentari ini. Siapa lagi kalau bukan Zainal Rashid Ahmad. Insan berbakat ini saya teguk sedikit demi sedikit ilmunya umpama musafir yang dahaga di padang pasir. Ilmu juga daya teguk melalui rakan-rakan seperjuangan saya kini iaitu protege anak-anak buah Zainal Rashid Ahmad yang kini mereka juga menjadi sahabat seperjuangan saya yang akrab.Saya bangga mengenali mentor saya ini. Dengan produksi, Abang Zainal dan kawan-kawan lain lagi saya belajar mempelajari dari pre pro-post pro akan erti penerbitan majalah TV. Pada awal dulu saya sering mengadu domba kepada adik/saudara saya yang merupakan insan ulung yang pakar dalam bidang sejarah/info dan penyelidikan iaitu Aman bahawa saya amat susah untuk membuat skrip majalah TV/dokumentari. Ya Allah hanya Tuhan sahaja yang tahu bahawa betapa seksanya saya tidak bebas 'berangan' seperti drama dan bergantung pada fakta! Aman menasihatkan saya, memujuk saya yang fakta juga bisa berangan, tetapi berangan dengan fakta! Jujur, ketika itu saya kurang ariff, saya kurang mengerti maksud Aman sehinggalah kini saya tersenyum makna bahawa saya sudah faham akan erti itu.

Setelah agak beberapa tahun dalam bidang pembikinan majalah TV, jelaslah saya sudah masuk ke dalamnya dan tidak boleh keluar lagi. Dan saya tidak mungkin akan keluar kerana ternyata saya mendapat kepuasan. Mana tidak produksi dan mentor saya mengajar kami mengambil tahu dan membuat semua perkara dari sekecil-kecilnya hingga sebesar-besarnya. Dan saya amat mengerti kini kepakaran kami ini bisa dihumban ke mana-mana kerana kepelbagaian fasa itu yang renyah dan susahnya telah kami tempuh sedari dulu. Dan betapalah saya sangat berterima kasih kepada tim Zainal Rashid Ahmad yang banyak mengajar saya segala erti. Terima kasih kalian; Zainal Rashid Ahmad tentunya, Kamaruzaman Muhamad, Ainur Mahdiyah, Syirfan Indra, Syafinah Othman, Nora Zainal, Norfiha Kasa, Johari Hamid, Daud Hamzah, Jalaluddin Jamal, Sabri Yusuf, Yusuf Yahya, Irzan Shahniz, Monaliza Mohd Nor, Mohd Hadi, Siti Noraida Hashim, Azlin Kinjang, Iesham Ramjan, Fauzi Pun dan tidak lupa Basir Siswo dan beberapa nama yang mungkin saya terlepas pandang.Kini, bergelar pekerja bebas semula membuatkan saya banyak memahami erti. Banyak penulisan drama yang datang. Di mana majalah TV saya? Saya sangat merindukan itu. Rindu mahu turun padang bergelumang dengan kamera, kabel, lampu dan usik senda krew. Betapalah saya rindukan itu yang saya tidak dapat dalam drama. Justeru mana mungkin saya meninggalkan bidang penerbitan majalah TV yang telah menjadi darah daging. Tambahan melihat program demi program majalah TV yang banyak sebenarnya lagi yang sangat boleh dibongkar dan diterokai. Arghh rindu!Seperkara lagi kerana telah dilatih menjadi penerbit program maka agak canggung di luar sini bila saya bisa melakukan dan masuk campur dalam banyak segi. Terdapat pihak yang merasakan pada mereka saya melanggar border mereka hasil pengetahuan saya yang ingin saya kongsi. Ianya sedikit sebanyak membuatkan saya, sekali lagi rindu bidang penerbitan majalah TV ini. InsyaAllah tahun ini saya akan memperkayakan ilmu dengan mengambil kursus pengarahan dan belajar mengenai pasca produksi. Doakan saya ya.

Bidang ini sering dipinggirkan berbanding drama. Anugerah juga banyak dimonopoli oleh drama. Malah Festival Dokumentari yang dianjurkan FINAS tidak terlalu mendapat sambutan berbanding gilang gemilang gemerlap artis drama. Namun saya percaya bidang ini ada kelompok penontonnya yang tersendiri. Yang sentiasa dahagakan pengetahuan di samping visual menarik yang dipaparkan. Syukur Alhamdulillah, saya menjadi antara pencinta pembikin itu kini. Demi memartabatkan industri ini saya akan berjuang khususnya dalam program yang membabitkan kandungan islami. Jika ditanya majalah TV/dokumentari atau drama berapa peratus minatku? Majalah/Dokumentari - 70% dan drama 30%....:))Selamat Berjuang!

" Bermimpilah, Maka Tuhan Akan Memeluk Mimpi-Mimpimu… "— Sang Pemimpi (sekuel Laskar Pelangi)

Friday, February 03, 2012

Ku Temukan 'Cinta' Pada Makrifat Cinta

Saya bersama 5 orang panel TV Al Hijrah, ketika membentangkan Di Bawah Taman Raudhah pada sessi pitching lalu. Di dalam bilik mesyuarat TV Al Hijrah Tingkat 1.

"Cerita 'Di Bawah Taman Raudhah' ini macam karya Taufiqurrahman Al Azizy dalam novel trilogi cinta dia. Pernah baca karya dia?"

" Tak pernah pula"

" Ada 3 novel tu, Syahadat Cinta, Musafir Cinta dan Makrifat Cinta"

" Oh saya tak tahu pula, nanti balik saya cari dan baca ya"


Dia senyum.

Aduh, jangan tuduh saya menciplak isi kandungan Indonesia Best Seller ini, kerana saya langsung belum pernah menyentuh novel ini hinggalah saat selepas itu hasil penerangan seorang panel TV Al Hijrah saudara Najib, membuatkan saya mencari ketiga-tiga novel ini segera di Marwilis Book Stores. Sayang, saya hanya menemukan dua novel sahaja tanpa Syahadat Cinta. Aduhhh tanpa novel pertama, bagaimana saya mahu membaca dan memulainya? Saya sungguh tidak menyangka banyak 'rezeki' pitching saya di TV Al Hijrah pada sessi pitching lalu. Saya kira hampir 15 sinopsis yang di bawa ke TV Al Hijrah melalui 4 produksi. Syukur, jika ada rezeki saya berjihad ke jalan Allah melalui medium TV Al Hijrah adalah rezekinya. Amin.

"Umi mesti kecewakan sebab tak dapat novel 'Syahadat Cinta' itu?"

Tutur puteriku yang rupanya telah dahulu membaca ketiga-tiga novel ini hasil pinjam di perpustakaan sekolahnya. Wah pantas! Mujurlah menghantar adik saya Mohd Fadzil ke Ko'diang Kedah baru-baru ini menemukan saya novel Syahadat Cinta ini pada Pesta Buku di Jitra Kedah! Jauhnya saya mencari sebuah 'Syahadat Cinta'. Dan saya sedang memulai membacanya. Baru saya teringat yang filem 'Syahadat Cinta' pernah bersiaran di Astro pada tahun lepas. Saya masih ingat jalan ceritanya, masjid pesantren Tegal Jadin yang indah itu. Tapi lekanya saya kerana saya kurang tahu ianya diilhamkan daripada trilogi novel Taufiqurrahman Al Azizy ini. Benar saya terlepas pandang. Maafkan atas segala khilaf dan alpa saya.

Bila mengingat kembali, ianya sama dan tidak sama antara Syahadat Cinta dan Di Bawah Taman Raudhah saya :). Kebetulan mungkin. Yang sama adalah latar lokasi yang berkisar di pesantren dan watak utama tersebut yang menjebak cinta rasa kagum dari sanubari 3 wanita di sekelilingnya. Kalau Iqbal Maulana ada Zaenab, Priscilia dan Khaura. Hanzalah pula ada Fatimatulzahra, Malia dan Husna. Kebetulan lagi kan? Bezanya lagi trilogi ini watak Iqbal Maulana pada mulanya adalah 'tidak suci' dan lantas inisiatifnya sendiri dengan lorongan ibu dan bapanya menjejak ke pesantren Sekolah Pondok Tegal Jadin di Solo Indonesia. Watak utama 'Di Bawah Taman Raudhah' saya adalah 'Hanzalah' seorang pemuda suci daripada awal yang dikagumi akan keperibadiannya persis yang saya tonjolkan mengambil contoh Nabi Yusuf Alaihissalam, Nabi Daud Alaihissalam dan nama Hanzalah itu sendiri. Jadi Iqbal Maulana Taufiqurrahman Al Azizy tidak sama dengan Hanzalah saya :). Cuma yang samanya, Iqbal Maulana Taufiqurrahman Al Azizy dan Hanzalah saya sama-sama melebur cinta dunia kepada cinta Maha Segala. Berpaksikan cinta yang satu dengan cinta hiasan dunia :).

Apa pun saya sungguh berterima kasih kerana mengenalkan saya dengan novel ini dan mengerti maknawi cinta yang sebenar cinta kepada Rabbul Izzati. Saya pinta, pembaca blog saya ini juga cubalah mencari trilogi novel ini. Jom kita baca secara berjemaah ya...:))