“Katakanlah:
“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gelita, dan
dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq :1-
5]
Wahai orang-orang
yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam
menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada
waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti
cinta kami pada keagungan dan rahsia-Nya yang penuh pesona. Kami tahu
dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara
dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami
berhiaskan intan dan mutiara dari syurga.
Wahai
orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang
pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di
baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan
cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati
tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan
gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya.
Aduhai kau sangat menikmatinya.
Wahai orang-orang yang
terlena, Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam
terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena
oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami
adalah para perindu kamar di syurga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan
Kamil, Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya
di syurga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan
orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan
sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau
dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan
orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain
tertutup mata dan hatinya.
Wahai orang-orang
yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku disebut.
Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam
adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku
terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta ku kecap
sendiri. Ku bagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu
untukku, satu untuk isteriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang
aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka
kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bahagiannya.
Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ?
Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekadar untuk
membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?
Lain
lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang
Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor
Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, ” Nuruddin itu kecanduan
sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.”
Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan
musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, “
Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi
lebih karena dia mempunyai rahsia bersama Tuhan”. Aku tersenyum, mereka
memang benar. Kemenangan yang ku raih adalah kerana do’a dan
sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu’an. Tahukah kau dengan orang
yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti
Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Allah.
Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.
Gemerisik
dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat
mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang. Ku
ceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu
tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah.
Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga
kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal
telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu ku bayar saja
penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai
itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di
sepertiga malamnya.
Wahai orang-orang yang terbuai, Kau
pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang
diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang,
Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak
lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah.
Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur’an yang indah dan syahdu.
Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku
bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah
perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.
Wahai
orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah
penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan
Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tenteraku. Namun
tahukah kau bahawa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah
memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan
saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap
akan pertolongan-Nya. Jika Allah memberikan kematian kepada kami pada
siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami
terbesar. Biarlah siang hari kami berada di hujung kematian, namun
sebelum itu, di hmalamnya Allah temukan kami berada dalam kehidupan.
Kehidupan dengan menghidupi malam kami.
Wahai
orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah
Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang
keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat
menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka
sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh
seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di
sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat
dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan
yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian
meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang,
langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya,
adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di
langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ?
Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.
Hingga
suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah
masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu,
berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku
menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang
terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah sholat, dengan penuh
kekhusyu’an ku menadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a : “Tuhanku,
betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon
sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu.
Apakah ini kerana apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah
perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas
nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami
hujan secepatnya.” Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung
datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit
seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh
Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang
sudah lama merindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al
Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang
budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari
malam-malam yang ku lalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat
luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan
tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai orang-orang yang
masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik termahal
bagiku,Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana
aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Bilakah aku
beristirehat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya,
“Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada
buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku
lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berpikir bahawa hal ini sangat
sulit dijangkau oleh akal sihatmu. Tapi lihatlah, aku telah
melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.
Wahai
orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syaitan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di
tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata,
“Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, kerana itu tidurlah !!”.
Hei, Sedarlah, sedarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya
! Syaitan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan
kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan
lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan
yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka
akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai
orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu
dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit,
bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon
keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah
turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah
kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang
memohon kepada-Ku akan Ku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Ku
beri, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus
berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai
orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam,
dunia ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan
sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta,
sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan
sesungguhnya? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau
akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau
masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak
bererti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di
syurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi
luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar.
No comments:
Post a Comment